Jamur tiram (
Pleurotus ostreatus) adalah
jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang
tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan
Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan
King Oyster Mushroom.
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (
bahasa Latin:
pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (
ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial
Pleurotus ostreatus.
Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu,
coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20
cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki
spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta
miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang
sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur
tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini,
substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe
perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun
seksual. Seperti halnya reproduksi
aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara
endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara
seksual,
reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh
menjadi primodia dewasa.
Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga
basidiospora yang terletak pada kantung basidium.
Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.
Miselium terus bertumbuh hingga
hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi
plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (
suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya
kariogami dan
meiosis pada basidium.
Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh
septum (satu septum satu nukleus).
Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung
menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh
menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan
plasmogami,
kariogami, dan
meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.
Syarat Pertumbuhan
Dalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat
sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab
jerami yang keras banyak mengandung
selulosa
yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak
disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku
media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu
jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.
Kadar
air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur
dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.
Secara alami, jamur tiram
Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat
terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat
yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Pada masa pertumbuhan
misellium,
jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada
masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.
Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat
tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan
media harus mulai mendapat sinar dengan
intensitas penyinaran 60 - 70 %.
Pada budidaya jamur tiram
suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.
Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan
dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar
antara 22 - 28
OC dengan kelembapan 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22
OC.
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).
Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.
Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan
iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan
jamur.(mryoez-wikipedia)